Jumat, 03 September 2010

Logam

LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI I
LOGAM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Salah satu bahan kedokteran gigi yang sering digunakan adalah logam. Logam memiliki jenis yang bermacam - macam. Baik yang digunakan di laboratorium maupun di klinik. Khusus untuk logam yang dipakai secara klinis yang langsung berhubungan dengan tubuh manusia, maka operator dituntut untuk mengetahui sifat logam tersebut baik fisik maupun mekanis, sehingga dapat mengetahui pengaruhnya terhadap jaringan tubuh.
Logam pada umumnya bersifat keras, mengkilap, pada temperatur ruang umumnya berupa padatan, padat atau berat, penghantar panas dan listrik yang baik, opaqe ( tidak tembus sinar ), elektropositif, memiliki titik didih dan titik lebur yang tinggi.
Dalam praktikum pre-klinik logam ini setiap mahasiswa dituntut agar dapat membuat logam dengan hasil maksimal, yang berupa model logam dengan permukaan halus dan mengkilap, tidak porus dan sesuai dengan ukuran. Hal ini juga dimaksudkan supaya mahasiswa memiliki pengalaman dalam bidang tersebut. Sehingga dapat mengetahui sifat–sifat dari logam tersebut khususnya sifat fisik. Dan juga diharapkan agar mahasiswa menge-tahui proses pembuatan logam sehingga dapat memperlancar mahasiswa dalam menempuh program klinik di masa yang akan datang ataupun saat ditugaskan di daerah pelosok bila menjadi dokter gigi nantinya.

1.2 Tujuan
Beberapa tujuan dari praktikum logam ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara dan proses pembuatan logam.
2. Untuk menngetahui sifat–sifat dari logam yang terpenting dalam hubungannya dengan pembuatan atau pengecoran logam untuk ke-perluan di bidang kedokteran gigi.
3. Agar mahasiswa mampu dan terampil dalam membuat logam dengan menggunakan model malam.
4. Untuk mempelajari cara-cara pengecoran logam yang benar dan sesuai prosedur yang ada supaya didapatkan bentukan yang sesuai dengan mould space atau keinginan pembuat.
5. Untuk mengetahui sifat-sifat dari inlay wax dalam pembuatan model logam dalam hubungannya dengan pengecoran logam sesuai dengan kebutuhan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam kajian fisika, logam merupakan substansi kimia opak mengkilap yang merupakan penghantar (konduktor) panas atau listrik yang baik serta bila dipoles, merupakan pemantul atau reflektor sinar yang baik. Semua logam dan logam campur yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah bahan padat seperti kristal, kecuali gallium dan merkuri yang berwujud cairan pada temperatur tubuh. Kebanyakan logam yang digunakan untuk restorasi gigi, gigi tiruan sebagian rangka logam, dan kawat ortodonti adalah logam campur, dengan perkecualian lempeng emas murni, titanium murni komersial, dan silver point endodontik.
Logam disebut sebagai unsur elektropositif yang memberi ion positif dalam larutan. Dari lebih 100 elemen dalam tabel periodic, sebanyak 68 adalah logam, 8 menyerupai logam (metalloid) dalam berbagai aspek (misal silicon, arsenik dan boron) dan sisa lainnya berupa non logam. Logam murni sangat jarang dipergunakan di kedokteran gigi. Pada umumnya logam murni terlalu lunak dan terlalu liat untuk dipergunakan dalam pemakaian di kedokteran gigi. Kegunaan unsur logam murni cukup terbatas. Logam murni cenderung lunak dan seperti besi, kebanyakan logam tersebut cenderung mudah terkorosi. Untungnya unsur logam tersebut mempertahankan sifat logamnya meskipun saat bahan tersebut tidak murni dan dapat mentoleransi penambahan unsur lain baik dalam kondisi padat maupun cair.
Unsur logam ini dapat diperoleh baik sebagai elemen murni atau gabungan dengan element lain dalam bentuk bijih. Bijih yang terdiri dari gabungan logam bersama-sama dengan bahan bumi yang tidak dikehendaki, sebelum berubah menjadi logam biasanya menempuh proses berikut ; pengasahan (grinding), pengayakan (grading), harus sesuai besar dan kualitasnya serta concentrating.
Terdapat beberapa metode dalam pembuatan logam antara lain adalah ;
Thermal methods yaitu beberapa oksida dapat langsung dirubah menjadi logam dengan pemberian bahan pereduksi, misal
 Fe2O3 + 3 C ---------------- panas ------------- 2 Fe + 3 CO
Hydro metallurgical methods yaitu bijih direndam dalam suatu pelarut yang diencerkan seperti asam sulfur. Elektrolisa cairan tersebut akan menghasilkan logam yang sangat murni. Contoh; perak, zinc dan copper.
Thermo electrolytic, metode ini dikerjakan dengan elektrolisa suatu mineral yang dicairkan, dipergunakan untuk aluminiumn calcium, sodium dan lain-lainnya.

Proses pembuatan dan penbentukan logam adalah :
a. Penuangan
Penuangan ini meliputi pekerjaan mencairkan logam dan membentuknya di dalam cetakan. Misalnya: besi, kuningan, alumunium, dll. Penuangan dapat dilakukan ke dalam cetakan yang terbuat dari pasir dan tanah liat. Cetakan dari tanah liat dan pasir ini akan rusak setiap kali setelah pemakaian. Die Casting mempergunakan cetakan permanen dari logam.
b. Pekerja Dingin
Biasanya logam dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik atau digulung. Logam dapat ditarik melalui suatu die untuk mendapatkan bentuk kawat.
c. Serbuk Metalurgi
Bentuk logam dapat dipres dibawah tekanan tinggi untuk mendapatkan bahan degan bentuk yang dikehendaki. Hasil ini tidak kuat karena merupakan hasil dari proses adhesi. Dengan melakukan sintering kekuatan dapat ditingkatkan, dimana press dipanaskan dalam atmosfir yang tidak teroksidasi di bawah titk cair dan menggumpalkan partikel.
d. Electroforming
Suatu logam dapat dilapiskan pada permukaan yang bersifat penghantar dengan proses elektrolisa. Proses ini disebut penyepuhan logam.
e. Pendinginan Logam Cair
1. Untuk pendinginan cairan logam.
2. Suatu plateu bagian horizontal, selama waktu ini logam mengeras dan mengimbangi panas yang hilang ke sekitarnya.
3. Bagian untuk pendinginan logam yang sempurna mengeras.
f. Struktur waktu pengerasan dimulai pada bagian tengah atau pada pusat kristalisasi yang disebut inti.

Sifat – sifat karakteristik logam pada umumnya adalah sebagai berikut :
 Keras
 Mengkilat
 Penghantar panas dan penghantar listrik yang baik, disebabkan karena sifat ikatan logam.
 Atom logam mutlak melepas electron luarnya sehingga membentuk ion positif. Logam positif akan bergabung dengan lawan elektron. Mobilitas elektron ini menunjukkan kemampuan logam untuk menghantarkan panas dan arus listrik.
 Opaque karena electron-elektron bebas mengabsorbsi energi elektro-magnetik cahaya.
 Ductili & Malleable
Duktiliti artinya dapat ditarik menjadi panjang, misalnya kawat. Malleabiliti artinya dapat dibentuk atau ditempa hingga tipis atau menjadi sampai tembus cahaya. Duktiliti dapat diukur dengan:
1. % elongasi
2. pengukuran luas penampang
 Elektro positif
 Berat, ini berkaitan dengan berat atom elemen dan tipe struktur kisi yang menentukan bagaimana eratnya atom-atom tersebut tersusun.
Untuk dapat mengoptimalkan sifat logam ini, kebanyakan dari logam yang biasa digunakan adalah campuran dari dua atau lebih unsur logam atau pada beberapa keadaan, logam dengan nonlogam. Meskipun campuran tersebut dapat dibuat dengan berbagai cara, umumnya dihasilkan dari fusi unsur-unsur di atas titik cairnya. Campuran padat dari logam dengan satu atau lebih unsur nonlogam atau logam lain disebut logam campur. Sebagai contoh, sejumlah kecil karbon ditambahkan pada besi untuk membentuk baja. Sejumlah kromium ditambahkan pada besi dan karbon untuk membentuk baja anti karat, suatu logam campur yang amat tahan terhadap korosi. Untuk meningkatkan ketahanan korosi baik pada nikel maupun kobalt, kromium juga ditambahkan untuk membentuk dua basis logam campur yang dominan digunakan dalam kedokteran gigi. Meskipun emas murni juga mempunyai ketahanan terhadap korosi yang tinggi, tembaga ditambahkan untuk meningkatkan kekuatannya dan ketahanannya terhadap deformasi plastis. ( Combe: 1992 )
Sifat- sifat suatu logam tergantung dari perlakuan termis dan mekanis yang dikenakan. Sifat suatu alloy tidak hanya tergantung pada dua faktor ini, tetapi juga pada komposisinya. Sifat–sifat mekanis suatu alloy dapat sangat berbeda dengan komponen logam atau metalloid asalnya. Sebagai contoh, suatu alloy yang terdiri dari 50% emas (Au) dan 50% kuningan (Cu) mempunyai ultimate tensile strength yang lebih besar dari baik emas maupun kuningan.
Alloy dapat diklasifikasikan menjadi binary (terdiri dari 2 konstitusi), tenary (terdiri dari 3 konstitusi), quartenary (4 konstitusi), dan sebagainya. Suatu sistem alloy selalu berkaitan dengan semua kemungkinan presentase komposisi logam dasarnya. Sebagai contoh, sistem gold-silver dapat terdiri dari sel kombinasi kedua bahan tersebut mulai dari 100% gold sampai 100% silver.
Sifat-sifat alloy dapat dijelaskan dengan menggunakan dua contoh yang menunjukkan perbedaan stuktur dan sifat-sifat alloy emas dan besi. (Combe, 1992:75-76)
Alloy emas ada bermacam–macam jenisnya yang sebagian diantaranya ditambahkan tembaga atau kopper, silver, logam golongan platinum, dan golongan logam lainnya. Dalam kedokteran gigi, alloy logam dibedakan berdasarkan klasifikasi ADA sebagi tipe I, II, II, IV. Alloy yang keras adalah alloy golongan I, II. Alloy yang lunak adalah alloy yang digunakan untuk inlay sederhana. Tipe dua digunakan untuk dua atau tiga permukaan inlay yang lebih luas. Tipe tiga didesain untuk mahkota dan jembatan. Tipe empat digunakan untuk partial denture. (Craig, Robert. 1979:193-194)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat Dan Bahan
 Alat
- Pisau model - Sikat kecil
- Pisau malam - Straight h.p + tali bur
- Glass plate - Diamond disc
- Mangkok karet dan spatula - Pulas logam
- Bumbung tuang - Furnice
- Lampu spiritus - Casting machine
- Kuas kecil - Vibrator
 Bahan
- Malam inlay/onlay
- Base plate
- CU Alloy (Ordent)
- Bubuk boras
- Asbestos liner
- Air sabun

3.2 Cara Kerja
1. Membuat model malam untuk model logam, sprue, ventilasi dan kawah.
a. Untuk model logam dibuat dari inlay wax bentuk ½ lingkaran dengan panjang dan lebar 1cm, dan ketebalan 2mm, merapikan dan meng-haluskan sampai model terlihat rata, halus dan mengkilat.
b. Untuk sprue dari malam inlay membuat model pipa dengan diameter 2,5 mm, dan panjang 1 cm.
c. Untuk ventilasi dari malam merah membuat model pipa dengan diameter 1mm, dan panjang 1,5 cm.
d. Untuk kawah dari malam merah membuat model kerucut dengan sudut kemiringan 45o, diameter kawah harus melebihi diameter bumbung tuang, merapikan dan menghaluskan sisi sambungan.
2. Jika sudah mendapat persetujuan instruktur untuk masing-masing model, menyatukan keempat model, menambahkan bentukan reservoir pada pertemuan antara sprue dengan model logam.
3. Mencobakan keseluruhan model dengan bumbung tuang, jarak antara puncak tertinggi model dengan bibir bumbung tuang adalah 6-7 mm.
4. Tahap selanjutnya adalah wetting, mengambil sedikit air sabun dalam mangkok karet dan mengulasi seluruh perbukaan model logam, sprue dan ventilasi dengan air sabun menggunakan kuas secara tipis dan merata, menunggu sampai kering.
5. Tahap selanjutnya adalah penanaman, menyiapkan bahan tanam, bumbung tuang dan asbestos liner. Basahi dengan asbestos liner dan meletakkan pada permukaan bagian dalam bumbung tuang, perhatikan jarak antara bagian tertinggi asbestos liner dengan bibir bumbung tuang adalah sama dengan bagian tertinggi dari model logam. Mengaduk sedikit bahan tanam dengan konsistensi kental kemudian ulasi seluruh model dengan menggunakan kuas kecil, kemudian memasukkan seluruh model ke dalam bumbung tuang, kelebihan tepi kawah dapat digunakan sebagai fiksasi. Mengaduk bahan tanam dengan konsistensi normal kemudian menuangkan kedalam bumbung tuang di atas vibrator sampai penuh. Setelah bahan tanam mencapai final setting melepas kawah dari bumbung tuang dan membiarkannya selama 24 jam.
6. Tahap selanjutnya adalah tahap burning out dan preheating. Meng-hidupkan kompor gas dan meletakkan bumbung tuang di atas dengan bagian kawah menghadap ke api, membiarkannya hingga semua malam terbuang dan pastikan seluruh mould space bersih dari malam. Sementara itu menyiapkan furnice, menaikkan suhunya hingga mencapai 700o C kemudian memasukkan bumbung tuang ke dalam furnice, kemudian dilanjutkan dengan tahap preheating dengan menaikkan suhu furnice hingga mencapai 900oC, pada saat bahan tanam sudah terlihat membara, model sudah siap dicasting.
7. Tahap berikutnya adalah casting, menyiapkan 2 buah logam CU Alloy (Ordent) di dalam moulden, memindahkan bumbung tuang dari dalam furnice ke casting machine, memanaskan logam pada saat logam sudah mencair menambahkan sedikit bubuk boras ke dalam moulden lalu memutar casting machine. Setelah casting machine berhenti, memindah-kan bumbung tuang dan menunggu sampai kembali ke suhu normal.
8. Pada saat bumbung tuang sudah mencapai suhu normal mengeluarkan bahan tanam dari dalam bumbung tuang dengan menggunakan pisau malam, kemudian menghancurkan bahan tanam dengan tangan sampai terlihat model logam, lalu mencuci dan membersihkan model logam dengan sikat dari sisa-sisa bahan tanam di bawah kucuran air.
9. Tahap selanjutnya adalah tahap finishing dan polishing, merapikan model kasar logam menyesuaikan dengan ukuran semula, kemudian memoles model logam, pertama menggunakan arkansas stone sampai permukaan model terlihat halus lalu dilanjutkan dengan rubber warna merah dan terakhir dengan rubber warna hijau. Setelah permukaan logam terlihat halus dan mengkilat, memotong sprue dengan menggunakan diamond disc kemudian merapikan dan memulas derah bekas potongan.
10. Hasil maksimal adalah model logam dengan permukaan halus dan mengkilat, tidak porus dan sesuai dengan ukuran.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Logam merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang memiliki sifat-sifat yang kita kenal keras, mengkilat, padat dan sebagainya. Dalam praktikum ini, kita dapat melihat sifat-sifat itu dengan jalan membuat model tuang dari logam. Pembuatan logam ini dilakukan dalam beberapa tahapan, tahapan-tahapan tersebut antara lain :
1. Tahap pembuatan model sprue, ventilasi dan kawah
 Pada pembuatan model logam menggunakan inlay wax dengan bentuk ½ lingkaran dengan diameter 1 cm, jari – jari 5 mm dan tebal 2 mm.
 Sprue terbuat dari malam inlay dalam bentuk seperti model pipa dengan diameter 2,5 mm dan panjang 1 cm.
 Ventilasi dibuat dari malam merah dengan bentuk model pipa, ukuran diameter 1 mm, panjang 1,5 cm.
 Kawah terbuat dari malam merah dengan bentuk model kerucut dengan kemiringan 45°.
Adapun tujuan dari pembuatan sprue adalah menyediakan saluran melalui mana logam cair akan mengalir ke cetakan yang sudah ada didalam cincin cor setelah model malamnya dibuang, untuk tambalan yang besar / protesa misalnya gigi tiruan sebagian lepasan dari logam dan untuk gigi tiruan cekat. Sedangkan tujuan diberikannya ventilasi adalah untuk menghindari terjadinya back pressure, sehingga mengurangi dari hasil tuangan dan mungkin juga akan menghindari ledakan, sehingga aman bagi operator.
Pada ujung sprue dibuat bentukan yang disebut reservoir. Reservoir pada ujung sprue bertujuan untuk mencegah terjadinya porositas yang dapat terbentuk oleh karena adanya kontraksi bila ruangan untuk reservoir yang ditempati oleh malam mempunyai ukuran melintang sebesar atau lebih besar dari ukuran ruangan, maka alloy yang ada dalam reservoir akan lebih lambat mengeras dari pada ruangan utama dan berlaku sebagai cadangan alloy cair yang siap untuk mengisi ruangan atau mould space.
Pemilihan sprue seringkali bersifat empiris tetapi ada lima prinsip utama dalam menentukan pilihan, sebagai berikut :
 Pilihlah sprue dengan diameter yang kira–kira sama dengan ukuran daerah yang paling tebal dari model malamnya. Jika model malamnya kecil, tangkai sprue juga harus kecil karena tangkai sprue yang besar yang direkatkan pada model yang kecil dan halus dapat menyebabkan perubahan bentuk. Tetapi, jika diameter sprue terlalu kecil, daerah ini akan memadat terlebih dahulu sebelum tuangannya sendiri dan bisa terbentuk porositas penyusutan setempat (porositas ‘tersedot‘). Untuk mengatasi masalah ini diperlukan area cadangan pada sprue.
 Jika mungkin, tangkai sprue harus direkatkan pada bagian model malam yang penampang melintangnya terluas. Akan lebih baik bagi logam cair untuk mengalir dari bagian yang tebal ke daerah–daerah tipis di sekelilingnya. Rancangan ini mengurangi risiko aliran logam ke daerah mendatar dari bahan tanam atau daerah–daerah kecil seperti garis sudut.
 Panjang sprue harus cukup panjang untuk memposisikan model malam dengan tepat di dalam cincin cor dengan jarak sekitar 6 mm dari tepi ujung cincin tetapi cukup pendek sehingga logam campur cair tidak memadat sebelum mengisi penuh mold.
 Jenis sprue yang dipilih mempengaruhi teknik pembakaran yang digunakan. Tangkai sprue yang terbuat dari malam lebih sering digunakan daripada yang plastik. Jika digunakan sprue atau model dari plastik, dianjurkan untuk menggunakan teknik pembakaran 2 tahap untuk memastikan pembuangan karbon yang sempurna, karena sprue plastik melunak pada temperatur di atas titik cair malam inlay.
 Model malam dapat diberi sprue secara langsung ataupun tidak langsung. Pada pemberian sprue langsung, tangkai sprue akan menyediakan hubungan langsung antara daerah model dengan basis sprue atau daerah crucible former. Pada yang tidak langsung, diletakkan sebuah penghubung atau batang cadangan diantar model atau crucible former.
Pada pembuatan sprue harus diperhatikan panjang serta arah dari tangkai sprue. Panjang sprue tergantung pada panjang cincin cor. Jika tangkai sprue terlalu pendek, maka model malam akan terlalu jauh dari ujung luar cincin sehingga gas–gas tidak dapat dialirkan secara memadai untuk memungkinkan logam cair mengisi seluruh ruang cincin. Jika gas tidak dapat dikeluarkan secara menyeluruh, akan terjadi porositas . Karena itu, panjang harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga ujung atas model malam berada sekitar 6mm dari ujung terbuka dari cincin untuk bahan tanam gipsum.
Adapun arah dari tangkai sprue harus diarahkan menjauh dari bagian–bagian model malam yang tipis atau kecil, dikarenakan logam cair dapat mengabrasi atau mematahkan bahan tanam didaerah ini akan mengakibatkan kegagalan pengecoran. Juga tidak boleh ditempatkan tegak lurus pada permukaan yang datar dan lebar.

2. Tahap Penanaman
Pada tahap penanaman, model malam harus dibersihkan dari kotoran, debu, dan minyak. Untuk itu dapat digunakan pembersih model malam komersial atau deterjen sintetik yang diencerkan. Sisa cairan dapat dihilangkan dengan dikibaskan dan model dibiarkan mengering diudara terbuka, sementara bahan tanam disiapkan. Lapisan tipis pembersih yang tertinggal pada permukaan model malam dapat mengurangi tegangan permukaan dari malam dan pembasahan yang lebih baik dari bahan tanam sehingga terjadi perlekatan yang sempurna, termasuk pada bagian–bagian model yang kecil dan tipis.
Sementara model malam dikeringkan di udara terbuka, jumlah air destilasi (bahan tanam gipsum) atau cairan silika koloiadal khusus (bahan tanam fosfat) diukur. Cairan ini dituang kedalam mangkuk karet yang bersih dan kering, kemudian bubuk ditambahkan ke dalam cairan secara bertahap dan hati–hati untuk mencegah terjebaknya udara di dalam aduk-an. Pengadukan dilakukan dengan lembut sampai semua bubuk basah, atau bubuk yang tidak tercampur terdesak keluar dari mangkuk secara tidak sengaja. Bahan tanam ditunggu sampai mencapai final setting, lalu kawah di lepas dari bumbung tuang dan dibiarkan selama 24 jam.

3. Tahap Burning Out dan Preheating
Tahap burning out dimulai dengan menghidupkan kompor gas dan letakkan bumbung tuang di atas dengan bagian kawah menghadap ke api, biarkan hingga semua malam terbuang dan pastikan seluruh mould space bersih dari malam. Sementara itu siapkan furnice, lalu naikkan suhunya hingga mencapai 700ºC, kemudian masukkan bumbung tuang ke dalam furnice, lalu dilanjutkan dengan tahap preheating, naikkan suhu furnice hingga mencapai suhu 900ºC, pada saat bahan tanam sudah terlihat membara, model sudah siap di casting.
Adapun tujuan burning out dan preheating adalah untuk menghilangkan sisa-sisa malam dan air, serta memberikan ekspansi pada cetakan. Adanya ekspansi ini untuk mengantisipasi sifat bahan logam, karena kita tahu bahwa sifat logam yaitu kontraksinya pada saat dingin akan mengecil. Adanya ekspansi yang cukup untuk menghindari penge-cilan model sehingga tidak sesuai dengan bentuk yang asli.
Selama pembakaran, sejumlah malam yang mencair akan diserap oleh bahan tanam dan sisa karbon akibat pembakaran malam cair menjadi terperangkap di dalam bahan tanam yang berpori–pori. Burning out akan mengubah karbon menjadi karbon monoksida atau karbon dioksida. Gas–gas ini akan keluar melalui celah sisa malam yang mencair.

4. Tahap Casting
Casting menggunakan 2 logam Cu alloy. Logam campur dicairkan dengan semburan api dalam crucible yang terpisah. Kemudian dituang ke dalam mould dengan gaya centrifugal. Setelah bumbung tuang telah mencapai suhu normal, lalu logam dikeluarkan dengan cara membongkar bahan tanam. Hasil logam dicuci dan dibersihkan sampai sisa bahan tanam tidak ada. Setelah pencucian, terlihat adanya bitik-bintik tidak teratur pada logam (logam masih kasar) dan tidak sesuai dengan ukuran semula. Bitik-bintik ini disebabkan oleh beberapa hal terutama kesalahan dalam penuangan. Terjadinya oksidasi pada logam sebelum penuangan dapat menyebabkan permukaan logam menjadi kasar. Adapun oksidasi ini dapat disebabkan beberapa hal yaitu penggunaan api yang bukan berwarna biru atau kehijauan atau logam yang terlalu lama dipanaskan sehingga terjadi over heating.
Dapat terjadi beberapa kesalahan/kegagalan lain selama proses pembuatan logam ini, antara lain adanya gelembung udara pada pola malam oleh karena busa sabun yang dapat menjadikan bentuk permukaan logam kasar, dapat pula bentuk permukaan mould space retak atau pecah-pecah. Hal ini disebabkan oleh karena adonan gips dan air yang terlalu encer sehingga gips tidak terlalu kuat atau dapat pula karena pemanasan pada oven terlalu lama sehingga permukaan mould space retak.

5. Tahap Finishing dan Polishing
Pada tahap ini dilakukan perapian model kasar logam dan disesuaikan dengan ukuran semula. Kemudian logam dipoles dengan menggunakan arkansas stone sampai permukaan model terlihat halus. Lalu dilanjutkan dengan rubber warna merah dan terakhir dengan rubber warna hijau. Setelah permukaan logam terlihat halus dan mengkilat potong sprue dengan menggunakan diamond disk kemudian dirapikan dan dipulas pada daerah bekas potongan.

6. Hasil Akhir
Hasil akhir logam yang didapatkan adalah logam yang halus, mengkilat dan terdapat sedikit porus. Hal ini dikarenakan ketika mengaduk bahan tanam gipsum dengan bahan tanam fosfat tidak merata (masih tersisa udara).

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum logam yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahan logam merupakan bahan yang mudah dimanipulasi. Bila dilakukan dengan prosedur yang baik dan benar, maka akan menghasilkan bentukan logam yang baik.
2. Logam pada umumnya memiliki sifat-sifat antara lain keras, mengkilap, pada temperatur ruang berupa padatan, berat, sebagai penghantar panas dan listrik yang baik, opaqe (tidak tembus cahaya), ductility, elektro-positif, serta memiliki titik didih dan titik lebur yang tinggi.
3. Pembuatan logam dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
Tahap pembuatan model logam, sprue, ventilasi, dan kawah,
Tahap wetting,
Tahap penanaman bahan pendam,
Tahap burning out dan preheating,
Tahap casting logam, dan
Tahap finishing dan polishing.
4. Hasil maksimal yang akan didapatkan adalah model logam dengan permu-kaan yang halus dan mengkilat, tidak porus, dan sesuai dengan ukuran.

DAFTAR PUSTAKA


Anusavice, Kenneth J. 2003. Philips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10. Jakarta : EGC.

Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Jakarta : Balai Pustaka.

Craig, Robert, dkk. 1979. Dental Materials Properties And Manipulation. London : CV. Mosby Company.

Tim Penyusun. 2009. Buku Petunjuik Skill Lab Bahan dan Teknologi Kedokteran Gigi I. Jember : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar