Jumat, 03 September 2010

Epidemiologi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya. Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.
Di dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :
a. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
b. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
c. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu direnungkan yakni :
1. Siapa (who), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau orang
yang terkena penyakit.
2. Di mana (where), di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
3. Kapan (when), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.
Jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan ini adalah merupakan faktor-faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit. Dengan perkataan lain terjadinya atau penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama yakni orang, tempat dan waktu.
Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi.
Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilaman masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan : prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang field control trial, community control trial, dan randomized trial serta cara penarikan kesimpulan pada epidemiologi eksperimental!
2. Bagaimana analisis skenario berdasarkan klasifikasi epdemiologi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang field control trial, community control trial, dan randomized trial serta cara penarikan kesimpulan pada epidemiologi eksperimental.
2. Untuk mengetahui analisis skenario berdasarkan klasifikasi epdemiologi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian
Epidemilogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi = pada, Demos = penduduk, logos = ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat.

2. Definisi
Banyak definisi tentang Epidemiologi, beberapa diantaranya :
a. W.H. Welch
Suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan penyakit, terutama penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya, masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih berkembang.
b. Mausner dan Kramer
Studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan pada populasi manusia.
c. Last
Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk menanggulangi masalah kesehatan.
d. Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
e. Omran
Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
f. W.H. Frost
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.
g. Azrul Azwar
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :
1) Frekuensi masalah kesehatan
2) Penyebaran masalah kesehatan
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan.

3. Peranan
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat. Untuk kepentingan diagnosis, yaitu untuk menyusun diagnosis komunitas atau diagnosis kelompok.
b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan.
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan, sebagai sarana untuk menilai suatu tindakan pelayanan kesehatan masyarakat tertentu
d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya. Untuk kepentingan penelusuran patogenesis penyakit, yaitu mempelajari aspek etiologi dan perkembangan masyarakat.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.

4. Ruang lingkup
a. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi
Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit saja, tetapi juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.
b. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia
Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.
c. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
Ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran penyakit pada sekelompok manusia serta faktor penyebabnya melalui suatu pendekatan yang berpola dan berstruktur yang dikenal dengan pendekatan epidemiologi.
Pendekatan epidemiologi adalah pola pendekatan yang mengandung rangkaian kegiatan untuk mendapatkan keterangan tentang besarnya masalah kesehatan, upaya pengumpulan, pengelolaan, penyajian dan interpretasi data.
Penelitian epidemiologi adalah jenis penelitian yang mengkaji problema kesehatan dengan pendekatan komunitas. Dengan penelitian epidemiologi dapat diungkap kejadian, distribusi dan determinan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu dalam masyarakat, dan faktor-faktor yang berperan.

5. Bagan Epidemiologi




6. Penelitian Epidemiologi
Menurut sejarah perkembangan, epidemiologi dibedakan atas :
1. Epidemiologi klasik : terutama mempelajari tentang penyakit menular wabah serta terjadinya penyakit menurut konsep epidemiologi klasik.
Epidemiologi klasik terutama mempelajari tentang penyakit menular wabah serta terjadinya penyakit menurut konsep epidemiologi klasik. Wabah merupakan kejadian berjangkitnya suatu penyakit dalam masyarakat dengan jumlah penderita meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu, serta dapat menimbulkan malapetaka.
Wade Hampton Frost (1972), mendefinisikan epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena missal penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah penyakit menular. Di sini tampak bahwa pada waktu itu penekanan perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang mengenai masyarakat.
Greenwood (1934), mengemukakan batasan epidemiologi yang lebih luas di mana dikatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok penduduk. Pengertian ini yang kemudian menjadi dasar berkembangnya epidemiologi klasik yang disempurnakan ke dalam cakupan yang lebih luas lagi pada epidemiologi modern.

2. Epidemiologi modern merupakan sekumpulan konsep yang digunakan dalam studi epidemiologi yang terutama bersifat analitik, selain untuk penyakit menular wabah dapat diterapkan juga untuk penyakit menular bukan wabah, penyakit tidak menular serta masalah-masalah kesehatan lainnya.
Menurut bidang penerapannya, epidemiologi modern dibagi atas:
a. Epidemiologi lapangan
b. Epidemiologi komunitas
c. Epidemiologi klinik
Ruang lingkup epidemiologi lapangan & komunitas :
FENOMENA
• Status kesehatan & fisiologi
• Penyakit & kematian
• Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
• Determinan dari masing-masing tersebut diatas
• Program intervensi dari masing-masing tersebut diatas
PENDUDUK
• Karakteristik kelompok, misal: usia, jenis kelamin, dan kebudayaan
• Karateristik perilaku
• Faktor-faktor resiko dalam kelompok penduduk
• Keadaan lingkungan
Ruang lingkup epidemiologi klinik
PERISTIWA
• Populasi beresiko
• Faktor resiko (rokok <--> usia)
• Awitan penyakit
• Diagnosis: gejala dan tanda, foto Ro toraks, sitologi sputum, biopsi
• Terapi
• Hasil akhir (kematian, penyakit, kesembuhan)



Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu suatu penelitian yang tujuan utamanya melakukan eksplorasi diskriptif terhadap fenomena kesehatam masyarakat yang berupa risiko ataupun efek.
Epidemiologi deskriptif adalah cabang epidemiologi yang mempelajari tentang kejadian dan distribusi penyakit. Distribusi penyakit dikelompokkan menurut faktor orang (who), tempat (where), dan waktu (when).
Karakteristik orang dapat dibedakan lagi menjadi faktor usia, jenis kelamin, golongan etnik, status perkawinan, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan agama. Tujuan dari epidemiologi deskriptif ialah untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang. Faktor usia merupakan variable yang harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi. Faktor usia berhubungan dengan rasio morbiditas dan rasio mortalitas dari suatu populasi. Hubungan faktor usia dengan mortalitas secara umum dapat dikatakan akan meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor penyebab penyakit, pengalaman terpapar penyakit, pekerjaan, kebiasaan hidup, dan adanya perubahan dalam kekebalan tubuh. Sedangkan hubungan faktor usia dengan morbiditas terletak pada frekuensi penyakit, dan berat-ringannya suatu penyakit. Selain berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas suatu penyakit, faktor usia juga berhubungan dengan tipe, kegawatan, dan bentuk klinis dari suatu penyakit.
Faktor jenis kelamin dapat mempengaruhi distribusi masalah kesehatan. Beberapa penyakit dilihat dari frekuensinya dapat berbeda antara pria dan wanita. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika, dan kondisi fisiologis. Contoh penyakit yang hanya menyerang wanita : karsinoma uterus, karsinoma mamae, karsinoma serviks, kista ovarii, dan adneksitis. Contoh penyakit yang hanya menyerang pria : karsinoma penis, orsitis, hipertrofi prostat, dan karsinoma prostat.
Faktor golongan etnik adalah sekelompok manusia dalam suatu populasi yang memiliki kebiasaan hidup atau sifat biologis dan genetis yang sama. Golongan etnik dibedakan atas ras, dan etnik atau suku bangsa. Pengelompokan menurut ras lebih didasarkan pada warna kulit dan bentuk tubuh. Dikenal 3 ras utama, yakni caucasoid, negroid, dan mongoloid. Adanya penyakit tertentu yang secara genetik berhubungan dengan ras yaitu sicle cell anemia. Sedangkan pengelompokan dalam suku bangsa (etnik) didasarkan pada tempat tinggal, adat istiadat, kebiasaan hidup, keadaan sosial ekonomi, maupun susunan makanannya. Timbulnya perbedaan frekuensi penyakit atau kematian mungkin disebabkan oleh hal-hal tersebut. Contohnya adalah perbedaan pengalaman penyakit malaria ataupun filaria bagi penduduk Jawa dan Irian Jaya.

2. Epidemiologi analitik yaitu penelitian ini mencoba untuk menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan dapat terjadi yaitu dengan melakukan analisis hubungan antar fenomena, baik antara faktor risiko dengan efek, antar faktor risiko, maupun antar efek, terdiri dari :
a. Non eksperimental (Observasi) adalah suatu penelitian dimana pengamatan terhadap fenomena kesehatan dilakukan dalam keadaan apa adanya tanpa intervensi peneliti.
1) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartikan sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).
Pada penelitian kohort dilakukan perbandingan antara kelompok terpapar dengan kelompok tidak terpapar kemudian dilihat akibat yang ditimbulkannya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan waktu secara longitudinal, atau “period time approach”. Karena faktor risiko diidentifikasi lebih dulu dan yang ingin dilihat adalah efeknya, maka penelitian ini desebut penelitian prospektif, yaitu melihat kedepan kejadian yang berhubungan dengan kesakitan.
Penelitian diawali dengan kelompok yang terpapar faktor resiko dan kelompok yang tak terpapar faktor resiko selanjutnya diikuti dalam jangka waktu yang ditentukan kemudian dievaluasi timbulnya penyakit atau tidak timbul penyakit pada kedua kelompok. Penelitian ini disebut juga “incidence study“ karena dengan penelitian ini diperoleh insiden suatu penyakit (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kohort, juga biasa disebut follow up atau studi insidens, bermula dari sejumlah kelompok orang (kohort) yang bebas dari penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam subgrup berdasarkan tingkat pajanan kepada kejadian potensial penyakit atau outcome. Kelompok-kelompok studi dengan karakteristik tertentu yang sama (yaitu pada awalnya bebas dari penyakit) tetapi memiliki tingkat keterpaparan yang berbeda, dan kemudian dibandingkan insidensi penyakit yang dialaminya selama periode waktu, disebut kohort. Ciri-ciri lainnya dari studi kohort adalah dimungkinkannya penghitungan laju insidensi dari masing-masing kelompok studi (Kuntoro, H. 2006.).
Ada beberapa kelebihan dalam studi kohort. Pertama, studi kohort dilakukan sesuai dengan logika eksperimental dalam membuat inferensi kausal, yaitu penelitian dimulai dengan menentukan faktor penyebab (anteseden) diikuti dengan akibat (konsekuen). Kedua, peneliti dapat menghitung laju insidensi. Ketiga, studi kohort sesuai untuk meneliti paparan yang langka (misalnya faktor-faktor lingkungan). Keempat, studi kohort memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah efek serentak dari sebuah paparan. Kelima, pada studi kohort prospektif, kemungkinan terjadi bias dalam menyeleksi subjek dan menentukan status paparan adalah kecil, sebab penyakit yang diteliti belum terjadi. Keenam, karena bersifat observasional, maka tidak ada subjek yang sengaja dirugikan karena tidak mendapatkan terapi yang bermanfaat (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kohort juga memiliki berbagai kelemahan. Kelemahan utama, rancangan studi kohort prospektif lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada studi kasus kontrol atau studi kohort retrospektif. Kedua, tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka, kecuali jika ukuran besar atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup tinggi. Ketiga, subjek dapat saja hilang atau pergi selama penelitian. Keempat, karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih dahulu pada awal penelitian, maka studi kohort tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor etiologi lainnya untuk penyakit itu, tatkala penelitian terlanjur berlangsung (Kuntoro, H. 2006.).
2) Studi kasus control / case control study / studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor penyebab penyakit.
Pada penelitian kasus kontrol dilakukan perbandingan antara kelompok populasi yang menderita penyakit dengan yang tidak menderita penyakit kemudian dicari faktor penyebabnya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan waktu secara longitudinal, atau “period time approach”. Karena yang diketahui adalah efek dan yang ingin dilihat adalah faktor risiko maka sifat penelitian ini disebut penelitian retrospektif yaitu melihat kembali kebelakang kejadian yang berhubungan dengan kesakitan.
Penelitian diawali dengan penentuan kelompok “disease” dan kelompok “non disease“. Selanjutnya di lacak kemungkinan adanya faktor resiko di masa lampau yang ada kaitannya dengan timbulnya “disease“ yang dipelajari. Dalam melacak adanya faktor resiko tentunya ada kelemahannya yaitu bias karena individu diminta untuk mengingat tentang apa yang pernah dialaminya dalam terpapar faktor resiko di masa lampau. Bias tersebut dikenal dengan “recall bias“. Peluang bias lebih besar pada kelompok “non disease” dibandingkan kelompok “disease” (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kasus kontrol mengikuti paradigma yang menelusuri dari efek ke penyebab. Di dalam studi kasus kontrol, individual dengan kondisi khusus atau berpenyakit (kasus) dipilih untuk dibandingkan dengan sejumlah indivual yang tak memiliki penyakit (kontrol). Kasus dan kontrol dibandingkan dalam hal sesuatu yang telah ada atau atribut masa lalu atau pajanan menjadi sesuatu yang relevan dengan perkembangan atau kondisi penyakit yang sedang dipelajari (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kasus kontrol merupakan salah satu rancangan riset epidemiologi yang paling popular belakangan ini karena kekuatan yang dimilikinya. Kelebihan studi kasus kontrol anatara lain, relatif murah, relatif cepat, hanya membutuhkan perbandingan subjek yang sedikit, tak menciptakan subjek yang berisiko, cocok untuk studi dari penyakit yang aneh ataupun penyakit yang memiliki periode laten lama, dan sebagainya (Kuntoro, H. 2006.).
Studi kasus kontrol memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama adalah studi kasus kontrol memiliki metodologi kausal yang bertentangan dengan logika eksperimen klasik. Logika “normal” penelitian hubungan kausal paparan dan penyakit lazimnya diawali dengan identifikasi paparan (sebagai penyebab) kemudian diikuti selama periode tertentu untuk melihat perkembangan penyakit (sebagai akibat). Studi kasus kontrol melakukan hal yang sebalikanya : melihat akibatnya dulu, baru menyelidiki apa penyebabnya. Kelemahan-kelemahan yang lain adalah studi kasus kontrol tidak efisien untuk mempelajari paparan-paparan yang langka, peneliti tak dapat menghitung laju insidensi penyakit baik populasi yang terpapar maupun yang tak terpapar karena subjeknya dipilih berdasarkan status penyakit, tidak mudah untuk memastikan hubungan temporal antara paparan dan penyakit (Kuntoro, H. 2006.).
3) Studi Cross Sectional Study / studi potong lintang / studi prevalensi atau survey yaitu merupakan penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor-faktor risiko dengan efek dengan pendekatan atau observasi sekaligus pada suatu waktu tertentu. Disebut juga penelitian transversal karena model yang digunakan adalah “Point time Approach”. Pendekatan suatu saat bukan dimaksudkan semua subyek diamati pada saat yang sama melainkan tiap subyek hanya diamati satu kali saja dan pengukuran dilakukan terhadap suatu karakter atau variabel pada saat pemeriksaan.
Penelitian ini disebut juga “prevalence study” karena dari penelitian ini diperoleh prevalensi suatu penyakit. Penelitian ini disebut juga “correlational study“ karena bisa digunakan untuk mengukur kuatnya hubungan antara faktor resiko dengan penyakit. Dikatakan “cross-sectional study“ karena faktor resiko dan penyakit diamati pada waktu yang bersamaan. Penelitian ini tidak bisa digunakan untuk membuktikan hubungan sebab akibat (Kuntoro, H. 2006.).
Cross-sectional studi ini adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat atau satu periode. Tujuan studi ini adalah untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-dterminannya pada populasi sasaran (Kuntoro, H. 2006.).
Kelebihan studi belah lintang ialah mudah untuk dilakukan dan murah, sebab tidak memerlukan follow-up. Jika tujuan penelitian sekadar mendeskripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan faktor-faktor penelitian, maka studi potong lintang adalah rancangan studi yang cocok, efisien, dan cukup kuat di segi metodologik. Selain itu, studi belah-lintang tak memaksa subjek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan “faktor resiko” (Kuntoro, H. 2006.).
Kelemahan studi belah-lintang adalah tidak tepat digunakan untuk menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit. Hal ini disebabkan karena validitas penilaian hubungan kausal yang menuntut sekuensi waktu yang jelas antara paparan dan penyakit (yaitu, paparan harus mendahului penyakit) sulit untuk dipenuhi pada studi ini (Kuntoro, H. 2006.).

b. Eksperimental atau penelitian intervensi adalah penelitian eksperimental yang dilakukan terhadap masyarakat. Peneliti memberikan perlakuan atau manipulasi pada masyarakat, kemudian efek perlakuan tersebut diobservasi, baik secara individual maupun kelompok. Penelitian dapat melakukan manipulasi / mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol, terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya.
1) Randomized Control Trial
Randomized control trial (atau randomized clinical trial) adalah sebuah eksperimen epidemiologi yang mempelajari sebuah pencegahan atau cara hidup yang dapat mengobati. Subjek dalam populasi adalah kelompok yan acak, biasanya disebut perawatan dan kelompok kontrol, dan hasilnya diperoleh dengan membandingkan hasil dari dua atau lebih kelompok. Hasil yang diinginkan dapat saja berbeda tetapi, mungkin saja perkembangan penyakit baru atau sembuh dari penyakit yang telah ada.
Kita dapat memulainya dari menentukan populasi dengan acak untuk mendapatkan perawatan baru atau perawatan yang telah ada, dan kita mengikuti subjek dalam setiap grup untuk mengetahui seberapa banyak subjek yang mendapatkan perawatan baru berkembang dibandingkan subjek dengan perawatan yang telah ada. Jika perawatan menghasilkan outcome yang lebih baik, kita dapat berharap untuk mendapatkan outcome yang lebih baik pada subjek dengan perawatan baru dibandingkan subjek dengan perawatan yang telah ada.
Randomized trial dapat dipakai untuk berbagai macam tujuan. Cara ini dipakai untuk mengevaluasi obat-obatan baru dan perawatan lain tentang penyakit, termasuk test teknologi kesehatan dan perawatan medis yang baru. Juga bisa digunakan untuk memperkirakan program yang baru untuk skrining dan deteksi dini, atau cara baru mengatur dan mengantarkan jasa kesehatan.
2) Field Trial / Eksperimen Lapangan
Ekperimen lapangan adalah jenis eksperimen yang dilakukan di lapangan dengan individu-individu yang belum sakit sebgai subyek. Mirip dengan studi kohort prospektif, rancangan ini diawali dengan memilih subyek-subyek yang belum sakit. Subyek-subyek penelitian dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, lalu diikuti perkembangannya apakah subyek itu sakit atau tidak. Berbeda dengan studi kohort, peneliti menentukan dengan sengaja alokasi faktor penelitian kepada kelompok-kelompok studi.
Subyek yang terjangkit dan tidak terjangkit penyakit antara kedua kelompok studi kemudian dibandingkan, untuk menilai pengaruh perlakuan. Jika laju kejadian penyakit dalam populasi rendah, maka eksperimen lapangan membutuhkan jumlah subjek yang sangat besar pula. Pada ekperimen lapangan kerap kali peneliti harus mengunjungi subyek penelitian di “lapangan”. Peneliti dapat juga mendirikan pusat penelitian di mana dilakukan pengamatan dan pengumpulan informasi yang dibutuhkan dengan biaya yang ekstra.
3) Community Trial / Intervensi Komunitas
Intervensi komunitas adalah studi di mana intervensi dialokasikan kepada komunitas, bukan kepada individu-individu. Intervensi komunitas dipilih karena alokasi intervensi tidak mungkin atau tidak praktis dilakukan kepada individu.
Contoh intervensi ini adalah riset tentang efektivitas flurodasi air minum untuk mencegah karies pada masyarakat. Riset Newburgh-Kingston (Ast et al., 1950) memberikan natrium florida pada tempat-tempat penyediaan air minum yang dikonsumsi oleh komunitas (Newburgh). Komunitas lainnya (Kingston) menerima air minum seperti sebelumnya (tanpa suplementasi fuor). Eksperimen ini memperlihatkan kemaknaan pengaruh floridasi, baik secara statistik maupun klinik, dalam mengurangi kerusakan, kehilangan, dan pergerakan gigi masyarakat.

Perbedaan Penelitian Deskriptif dan Penelitian Analitik
Penelitian Epidemiologi Diskriptif
 Hanya menjelaskan keadaan suatu masalah kesehatan (who, where, when)
 Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan interpretasi data hanya pada suatu kelompok masyarakat saja
 Tidak bermaksud membuktikan suatu hipotesa
Penelitian Epidemiologi Analitik
 Juga menjelaskan mengapa suatu masalah kesehatan timbul di masyarakat (why)
 Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan interpretasi data dilakukan terhadap dua kelompok masyarakat
 Bermaksud membuktikan suatu hipotesa


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Epidemiologi Eksperimental
Epidemiologi Eksperimental atau penelitian intervensi adalah penelitian eksperimental yang dilakukan terhadap masyarakat. Peneliti memberikan perlakuan atau manipulasi pada masyarakat, kemudian efek perlakuan tersebut diobservasi, baik secara individual maupun kelompok. Penelitian dapat melakukan manipulasi / mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol, terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya.
1) Randomized Control Trial
Randomized control trial (atau randomized clinical trial) adalah sebuah eksperimen eoidemiologi yang mempelajari sebuah pencegahan atau cara hidup yang dapat mengobati. Subjek dalam populasi adalah kelompok yan acak, biasanya disebut perawatan dan kelompok kontrol, dan hasilnya diperoleh dengan membandingkan hasil dari dua atau lebih kelompok. Hasil yang diinginkan dapat saja berbeda tetapi, mungkin saja perkembangan penyakit baru atau sembuh dari penyakit yang telah ada.
Kita dapat memulainya dari menentukan populasi dengan acak untuk mendapatkan perawatan baru atau perawatan yang telah ada, dan kita mengikuti subjek dalam setiap grup untuk mengetahui seberapa banyak subjek yang mendapatkan perawatan baru berkembang dibandingkan subjek dengan perawatan yang telah ada. Jika perawatan menghasilkan outcome yang lebih baik, kita dapat berharap untuk mendapatkan outcome yang lebih baik pada subjek dengan perawatan baru dibandingkan subjek dengan perawatan yang telah ada.
2) Field Trial / Eksperimen Lapangan
Ekperimen lapangan adalah jenis eksperimen yang dilakukan di lapangan dengan individu-individu yang belum sakit sebgai subyek. Mirip dengan studi kohort prospektif, rancangan ini diawali dengan memilih subyek-subyek yang belum sakit. Subyek-subyek penelitian dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, lalu diikuti perkembangannya apakah subyek itu sakit atau tidak. Berbeda dengan studi kohort, peneliti menentukan dengan sengaja alokasi faktor penelitian kepada kelompok-kelompok studi.
Subyek yang terjangkit dan tidak terjangkit penyakit antara kedua kelompok studi kemudian dibandingkan, untuk menilai pengaruh perlakuan. Jika laju kejadian penyakit dalam populasi rendah, maka eksperimen lapangan membutuhkan jumlah subjek yang sangat besar pula. Pada ekperimen lapangan kerap kali peneliti harus mengunjungi subyek penelitian di “lapangan”. Peneliti dapat juga mendirikan pusat penelitian di mana dilakukan pengamatan dan pengumpulan informasi yang dibutuhkan dengan biaya yang ekstra.
3) Community Trial / Intervensi Komunitas
Intervensi komunitas adalah studi di mana intervensi dialokasikan kepada komunitas, bukan kepada individu-individu. Intervensi komunitas dipilih karena alokasi intervensi tidak mungkin atau tidak praktis dilakukan kepada individu. Contoh intervensi ini adalah riset tentang efektivitas flurodasi air minum untuk mencegah karies pada masyarakat. Riset Newburgh-Kingston (Ast et al., 1950) memberikan natrium florida pada tempat-tempat penyediaan air minum yang dikonsumsi oleh komunitas (Newburgh). Komunitas lainnya (Kingston) menerima air minum seperti sebelumnya (tanpa suplementasi fuor). Eksperimen ini memperlihatkan kemaknaan pengaruh floridasi, baik secara statistik maupun klinik, dalam mengurangi kerusakan, kehilangan, dan pergerakan gigi masyarakat.

3.2 Analisis Skenario berdasarkan Klasifikasi Epidemiologi
Pada dasarnya studi epidemiologi dapat dilakukan apabila terdapat masalah yang terjadi. Keseluruhan uji dapat dapat dilakukan dan digunakan untuk menjawab berbagai permasalahan yang timbul di kalangan masyarakat, baik masalah yang mengenai masalah kesehatan dalam kependudukan ataupun fenomena yang terjadi disekitarnya.
Pada skenario, digunakan metode epidemiologi modern, dimana lingkup yang menjadi pokok bahasan adalah kasus karies gigi yang terjadi pada daerah Argosari dengan unit terapan berupa populasi masyarakat Argosari yang bekerja sebagai buruh pabrik kakao yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bekerja.
Metode investigasi yang dilakukan oleh dr. Elok pertama adalah epidemiologi deskriptif dimana pada epidemiologi deskriptif tersebut dapat dipelajari peristiwa dan distribusi serta frekuensi dari peristiwa yang akan diteliti. Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia sedikit informasi yang diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang berhubungan dengan penyakit.

1. Frekuensi masalah kesehatan
Frekuensi yang dimaksudkan disini menunjuk pada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia / masyarakat. Untuk dapat mengetahui frekuensi suatu masalah kesehatan dengan tepat, ada 2 hal yang harus dilakukan yaitu :
a. Menemukan masalah kesehatan yang dimaksud.
b. Melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.

2. Distribusi ( Penyebaran ) masalah kesehatan.
Yang dimaksud dengan penyebaran / distribusi masalah kesehatan disini adalah menunjuk kepada pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah :
a. Menurut Ciri – ciri Manusia ( MAN )
b. Menurut Tempat ( PLACE )
c. Menurut Waktu ( TIME )

Setelah melakukan studi epidemiologi deskriptif, drg. Elok melakukan studi epidemiologi analitik.

1. Determinan ( Faktor – faktor yang mempengaruhi )
Yang dimaksud disini adalah menunjuk kepada factor penyebab dari suatu penyakit / masalah kesehatan baik yang menjelaskan frekuensi, penyebaran ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Dalam hal ini ada 3 langkah yang lazim dilakukan yaitu :
a. Merumuskan hipotesa tentang penyebab yang dimaksud.
b. Melakukan pengujian terhadap rumusan hipotesa yang telah disusun.
c. Menarik kesimpulan.

Epidemologi Analitik adalah riset epidemiologi yang bertujuan :
1. Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit.
2. Memprediksikan kejadian penyakit
3. Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian penyakit.

Berdasarkan peran epidemiologi analalitik dibagi 2 :
• Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong lintang (cross sectional) dan Studi Kohort.
• Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi), field control, community trial.


BAB IV
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
1. Epidemiologi Eksperimental
1) Randomized Control Trial
Merupakan sebuah eksperimen epidemiologi yang mempelajari sebuah pencegahan atau cara hidup yang dapat mengobati. Subjek dalam populasi adalah kelompok yan acak, biasanya disebut perawatan dan kelompok kontrol, dan hasilnya diperoleh dengan membandingkan hasil dari dua atau lebih kelompok.
2) Field Trial
Merupakan jenis eksperimen yang dilakukan di lapangan dengan individu-individu yang belum sakit sebgai subyek. Mirip dengan studi kohort prospektif, rancangan ini diawali dengan memilih subyek-subyek yang belum sakit. Subyek-subyek penelitian dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, lalu diikuti perkembangannya apakah subyek itu sakit atau tidak. Subyek yang terjangkit dan tidak terjangkit penyakit antara kedua kelompok studi kemudian dibandingkan, untuk menilai pengaruh perlakuan.
3) Community Trial
Merupakan studi di mana intervensi dialokasikan kepada komunitas, bukan kepada individu-individu. Intervensi komunitas dipilih karena alokasi intervensi tidak mungkin atau tidak praktis dilakukan kepada individu.

2. Analisis skenario berdasarkan klasifikasi epidemiologi
Pada skenario, digunakan metode epidemiologi modern, dimana lingkup yang menjadi pokok bahasan adalah kasus karies gigi yang terjadi pada daerah Argosari dengan unit terapan berupa populasi masyarakat Argosari yang bekerja sebagai buruh pabrik kakao yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bekerja.
Metode investigasi yang dilakukan oleh dr. Elok pertama adalah epidemiologi deskriptif dimana pada epidemiologi deskriptif tersebut dapat dipelajari peristiwa dan distribusi serta frekuensi dari peristiwa yang akan diteliti. Setelah melakukan studi epidemiologi deskriptif, drg. Elok melakukan studi epidemiologi analitik.

DAFTAR PUSTAKA

Beaglehole, R., R. Bonita, T. Kjellstrom. Basic Epidemiology. Geneva : World Health Organization. 1993.
Budiarto, Eko. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002.
Bustan, M. N., A. Arsunan. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta. 1997.
Chandra, Budiman. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : EGC. 1996.
Gordis, Leon. Epidemiology Third Edition. Philadelpia: Elsevier Saunders, 2004.
Kuntoro, H. Jurnal Konsep Desain Penelitian. Surabaya: Guru Besar Ilmu Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. 2006.
Murti, Bhisma. Prisnsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1997.
Notoatmodjo, Soekidjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Schlesselman, James J. Case-Control Studies. New York : Oxford University Press. 1982.
Wahiduddin. Epidemiologi. FKM UNHAS. February 21, 2009. http://www.unhas.ac.id/ (accessed November 13 , 2009).

1 komentar: